Misteri Jawa Tengah


  Malam ini hujan begitu deras, dingin menyelimuti malam yang penuh dengan guyuran air hujan. Malam yang mencekam mengingatkan aku kepada Almarhum Bapak. Aku menangis tersedu mengingat semua  yang telah dilakukan Bapak untuk hidupku. Bapak……. Anakmu sayang sekali padamu. 

      Perjuanganmu dulu untuk hidupku begitu luar biasa, pengorbananmu untuk mempersatukan aku dengan orang yang aku cintai begitu besar walaupun orang yang aku cintai begitu tega menyakiti hati Bapak. Waktu itu terjadi pada tanggal 28 September 2010, dia dan keluarganya sungguh sangat tidak berperikemanusiaan terhadapmu, kau selalu sabar menghadapi kejahatan mereka. Hinaan, olok-olok, cemoohan mereka kau balas dengan senyuman. Aku sebagai anakmu, sangat tidak terima karena mereka yang kau kasihi dan kau sayangi ternyata merendahkan dan menghina Bapak seperti itu, tidak menghormati dan tidak menganggap Bapak sama sekali.

 

     Bapak, aku masih ingat sekali saat kau dan adik pergi kerumah mereka untuk silaturahim tapi apa yang di dapat??? Mereka selalu saja menghina dan menghina Bapak. Pulang dari rumah mereka (Borobudur) jam 05.00 wib, mereka pulang dengan jalan kaki karena sudah tidak ada angkutan. Dengan kehampaan hati dan amarah di hati kau berjalan dan terus berjalan, sampai mesjid Sawitan pukul 05.45 wib, kau beristirahat untuk menunaikan sholat Maghrib. Setelah beristirahat sejenak, mereka meneruskan perjalanan dengan menahan haus dan lapar karena dari tadi siang belum makan. Jalan pelan, dengan terseok-seok melangkahkan kaki kau selalu mengingat kejadian itu.

       Lama. Lama sekali rasanya perjalanan itu. Rasa jengkel, amarah, menangis pun ada dihati Bapak, tapi Bapak tetap tegar menghadapinya. Rasa letih dan capek di setiap perjalanan hinggap di tubuh mereka, setiap berapa kilo meter mereka berhenti sejenak untuk beristirahat sambil mencari penjual makanan, namun di sepanjang jalan Borobudur sampai  Blondo waktu itu tidak ada. Mereka dengan mehanan perut yang sakit karena lapar dan menahan kaki yang sakit karena capek terus berjalan melanjutkan perjalanan, dan akhirnya menemukan penjual nasi kucing di Mertoyudan dekat Seminari. Mereka beristirahat sambil membeli nasi kucing untuk mengganjal perut yang keroncongan. 

      Waktu mulai larut, mereka meneruskan perjalanan dari Mertoyudan sampai ke Pasar Gotong Royong Magelang jam 12.00 malam. Sampai di Pasar, mereka mencari warung penjual teh hangat untuk menghilangkan rasa haus dan penat di malam itu. Sambil meneguk teh hangat, Bapak melihat sekeliling pasar dari sudut matanya yang sudah mulai keriput. Suasana pasar sangat ramai tapi hati Bapak terasa sepi, hati orang-orang di pasar merasa gembira karena mendapat untung dan mendapat barang yang dicari tapi hati Bapak sedih, hancur, bahkan remuk karena mengingat kejadian tadi siang di Borobudur. Matanya nanar, terlihat linangan air mata di pipinya namun Bapak segera menghapus air mata itu dan berusaha tetap tegar menghadapi dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan.

      Setelah tiga jam berada di Pasar Gotong Royong Magelang, akhirnya angkutan yang membawa orang-orang yang jualan dari daerah Candimulyo datang. Bapak mulai bisa tersenyum lega, tapi masih menunggu sekitar satu jam untuk menurunkan barang dagangan dan menunggu sopir beristirahat. Setelah satu jam berlalu mereka mulai masuk kedalam angkutan tersebut. Di dalam angkutan mereka bisa tidur sejenak, sampai akhirnya angkutan berada di pemberhentian di daerah tempat tinggalku. Dan sampai rumah mereka jam 04.00 pagi, beristirahat sebentar, sholat subuh dan mereka tidur pulas melepas lelah setelah perjalanan yang mencekam itu.

      Terbangun dari tidur, Bapak bercerita semuanya secara terperinci kejadian yang dialami di sana, sungguh hinaan yang tidak berperikemanusiaan yang telah mereka lakukan terhadap Bapak dan petualangan jalan kaki dari Borobudur sampai Pasar Gotong Royong Magelangyang mereka alami. Aku dan Ibu meneteskan air mata mendengar cerita Bapak seperti itu. Kejadian itu yang membuat aku membenci mereka, dan kami berdoa kepada Tuhan semoga apa yang kami alami mendapatkan obat yang manis dikemudian hari dan memasrahkan semuanya pada Tuhan atas kejadian itu. Tuhan Maha Tau dan Maha Adil atas rasa sakit hati yang ada di dalam hati kami.

       Untuk kisah misteri ini bisa di baca di Misteri Perjalanan Borobudur - Pasar Gotong Royong Magelang
OOOOOOOOOOOOO-------------------------------OOOOOOOOOOOOOO




Previous
Next Post »

Share